Lika Liku BleachToDeath dari Kacamata Sang Vokalis “Mike Sippan”

Studioraga Michael Sippan atau lebih akrab dipanggil dengan sapaan Mike. Seorang vokalis hardcore band bernama BLEACHTODEATH. Memulai awal karir sebagai personil band pop punk semasa awal SMA dan bertemu dengan musik hardcore pada akhir tahun SMA-nya.

Penelusuran bermusik tanpa kompas membawa Mike menemukan banyak hal baru di dunia musik. Tentunya hal tersebut ditambah dengan wawasan serta refrensi yang membawa Mike di posisi yang sekarang. “kalau ngomongin refrensi, gue banyak ambil penulisan vokalis Black Flag pada masanya Henry Rollins”, “gue merasa penulisanya tuh engga jauh dari kehidupan keseharian dia dan somehow buat bleach, itu cocok” tambahnya.

Tanpa adanya batasan dalam mendapatkan referensi terkadang malah menjerumuskan kita ke dalam situasi art block dan menghasilkan kecenderungan proses statis dalam berkarya. Mike menekankan dalam proses kreatif yang ia lakukan, perlu adanya benchmarking untuk menjadi batasan yang sekiranya masih sejalan dengan visi yang dilakukan.

“Bleach itu punya banyak refrensi, apalagi kita berlima. Biasanya kita melakukan pertemuan dalam satu waktu untuk menentukan refrensi buat materi ini, kita menemukan jalan keluarnya seperti apa dan karena kita basenya sudah hardcore, jadi untuk mengkurasi refrensi sudah bisa lah”.

Melalui proses yang panjang, hasil karya yang maksimal, tentunya ada beberapa karya yang menjadi favorit. Entah dari proses penulisan, eksprerimental musiknya, dan lain hal. Tim studioraga mencatat satu lagu yang paling berkesan bagi seorang Mike yang tidak lain adalah Treat The Disease.

“Waktu itu kita bikinnya sebelum pandemi. Dan buat gue Treat The Disease itu jadi lagu yang lumayan meaningfull sih. Soalnya di situ gue menulis tentang racism, facism dan menurut gue itu adalah penyakit yang perlu di treat sih”.

Source : Bleach “Treat The Disease”

Dalam perjalanan band Bleach, mike memberikan pandangannya terhadap lingkungan awal tempatnya bermusik (Palu) dengan tempat yang sedang ia tinggali sekarang (Bandung). Menurutnya kondisi lingkungan musik yang menjadi pembeda diantara dua tempat tersebut adalah masyarakatnya.

“Sebenernya untuk kulturasi musiknya sendiri tidak ada bedanya. Cuman balik lagi ke sumber dayanya, kalau di palu ketika selesai bikin musik kayanya stuck aja di palu”, “sedangkan di bandung lebih gampang untuk menyebarkan musik yang sudah di buat” tambahnya.

Mike memberikan tips dalam mengatasi problema pendistribusian musik “Sesimpel bikin pres release tentang release-an terbaru lu, lu bikin dan package sebagus mungkin dan lo sebarin ke media manapun”
“at least media di luar (di pulau jawa) mereka aware dan tau band lu, masalah mereka suka atau engga bodoamat aja sih” tambahnya.

Source : Instagram @bleachtodeath photos by Lucas Benedicts

Mike juga memiliki aim tujuan kepada bandnya “BleachToDeath” untuk menjadi band yang bisa bermusik di worldwide. Dengan apa yang mike dan rekannya lakukan saat ini rasanya tidak ada yang tidak mungkin untuk melihat BleachToDeath bisa manggung di luar negri dan memiliki penggemar dari negara lain.

Source : Studioraga

Ada sesi lucu dalam interview mike dimana kami (tim Studioraga) menanyakan apa kata kata hari ini? dengan wajah menyeringai dan menggelengkan kepala mike menjawab “Jangan berhenti bermimpi, tapi kalau kebanyakan bermimpi itu namanya tidur” diakhiri tawa lepas.

Interview ini bisa sobat studio tonton di MIRACLE MIKE THE SWEET SOUL SHAKER

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *