Sebuah Refleksi kejumawaan material dan duniawi. Sebuah pesan obsesi material dan duniawi yang di paksakan merupakan tindakan yang menjauhi nilai – nilai spiritual dan kering dengan rohani.
Apakah sebagai suatu usaha menjawab “Kebudayaan Bisu” dimana kebudayaan akibat dari keseluruhan politik yang berusaha untuk menenggelamkan sikap kritis akan keadaan seutuhnya.
Memang benar Butet Kartaradjasa bukan lah seorang politikus, jika yang dimaksudkan sebagai suatu profesi dimana dunia politik sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup harian dan okupasi. Sementara Butet yang dikenal sebagai seorang aktor teater dan film di Indonesia dan juga internasional. Lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta dan mahasiswa STSRI insititut Seni Indonesia Yogyakarta.
Tertangkap oleh saya yang datang sebagai seorang populis atau masyarakat pada umumnya yang jamak. Sebuah refleksi dari “Etika” atau “Ethos” Jawa sebagai sarana berpikir. Etika Jawa adalah kebiasaan masyarakat Jawa yang mengandung nilai dan norma luhur dalam kepribadian dan bersikap kepada sesama.
Dalam bersikap dengan sesama dengan hal apa pun selalu disampaikan dengan tetutup, halus, dan bermakna. Dari kebiasaan tersebut akan membentuk kumpulan nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam bermasyarakat dan terbentuklah kebudayaan yang memengaruhi moral setiap individu. Mencegah adanya konflik, menjaga kerukunan, serta saling menghormati dengan perasaan isin atau sungkan menjadi tuntutan sosial utama dalam etika Jawa (Suseno, 1984).
Perasaan Isin dan sungkanan yang muncul dari hasil proses berpikir dengan keadaan mawas diri sebagai orang Jawa. Bisa di katakan sebagai suatu response yang holisitik dari sikap menangapi suatu keadaan atau fenomena berkaitan dengan sosiopolitik Indonesia aktual ini.
“Melik Nggendong Lali”, Refleksi Pak Butet Kartaredjasa. Menjadikan laku spiritual menjadi karya seni rupa mencerahkan, refleksi dan mempersatukan.
Suatu laku “ICE BREAKING, untuk menghancurkan budaya bisu.
Untuk Rakyat telah memainkan peranan ini dengan baik, lebih mengerti permasalahan yang dihadapi mereka melalui media seni yang ditawarkan.